Tuesday, May 27, 2008

La Tahzan : Mengendalikan Emosi

Mengendalikan Emosi
---


Emosi dan perasaan akan bergolak dikeranakan dua hal; kegembiraan yang memuncak dan musibah yang berat. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku melarang dua macam ucapan yang bodoh lagi tercela: keluhan tatkala mendapat nikmat dan umpatan tatkala mendapat musibah."
Dan Allah berfirman, "(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu." (QS. Al-Hadid:23)

Maka dari itulah, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya kesabaran itu ada pada tingkatan yang pertama."

Barangsiapa mampu menguasai perasaannya dalam setiap peristiwa, baik yang memilukan dan juga menggembirakan, maka dialah orang yang sejatinya memiliki kekukuhan iman dan keteguhan keyakinan. Kerana itu pula, ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan dikeranakan keberhasilannya mengalahkan nafsu. Allah Swt. menyebutkan bahwa manusia makhluk yang senang bergembira dan berbangga diri. Namun, menurut Allah, ketika ditimpa kesusahan manusia mudah berkeluh kesah, dan ketika mendapat kebaikan manusia sangat kikir. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan orang-orang khusyu' dalam shalatnya. Itu kerana merekalah orang-orang yang mampu berdiri seimbang diantara gelombang kesedihan yang keras dengan luapan kegembiraan yang tinggi. Dan mereka itulah yang akan senantiasa bersyukur tatkala mendapat kesenangan dan bersabar tatkala berada dalam kesusahan.

Emosi yang tak terkendali hanya akan melelahkan, menyakitkan, dan meresahkan diri sendiri. Sebab, ketika marah misalnya, maka kemarahannya akan meluap dan sulit dikendalikan. Dan itu akan membuat seluruh tubuhnya gemetar, mudah memaki siapa saja, seluruh isi hatinya tertumpah ruah, nafasnya tersengal-sengal, dan ia akan cenderung bertindak sekehendak nafsunya. Adapun saat mengalami kegembiraan, ia menikmatinya secara berlebihan, mudah lupa diri, dan tak ingat lagi siapa dirinya.

Begitulah manusia, ketika tidak menyukai seseorang, ia cenderung menghardik dan mencelanya. Akibatnya, seluruh kebaikan orang yang tidak ia sukai itu tampak lenyap begitu saja. Demikian pula ketika menyukai orang lain, maka orang itu akan terus ia puja dan sanjung setinggi-tingginya seolah tak ada cacatnya. Dalam sebuah hadits dikatakan: "Cintailah orang yang engkau cintai sewajarnya, kerana siapa tahu ia akan menjadi musuhmu di lain waktu, dan bencilah musuhmu itu sewajarnya, kerana siapa tahu dia menjadi sahabatmu di lain waktu."

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, "Ya Allah saya minta pada-Mu keadilan pada saat marah dan lapang dada."

Barangsiapa mampu menguasai emosinya, mengendalikan akalnya dan menimbang segalanya dengan benar, maka ia akan melihat kebenaran, akan tahu jalan yang lurus dan menemukan hakekat."Sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." (QS. Al-Hadid:25)

Islam mengajarkan keseimbangan norma, budi pekerti, dan perilaku sebagaimana ia mengajarkan manhaj yang lurus, syariat yang diridhai, dan agama yang suci. "Dan, demikianlah (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan."

Keadilan merupakan tuntutan yang ideal sebagaimana ia dibutuhkan dalam penerapan hukum. Itu terjadi, kerana pada dasarnya Islam dibangun di atas pondasi kebenaran dan keadilan. Yakni benar dalam memberitakan berita-berita Ilahi dan adil dalam menetapkan hukum, mengucapkan perkataan, melakukan tindakan dan berbudi pekerti. Dan, "Telah sempurnalah kalimat Rabb-mu (al-Qur'an) sebagai kalimat yang benar dan adil." (QS. Al-An'am:115)
««
saudaraku..
sentuhlah hati berhentilah pornografi



Laa Tahzan~!
By;
DR. Aidh Al-Qarni

No comments: